Antropologi adalah disiplin ilmu sosial yang
mempelajari tentang manusia yakni tentang bagaimana manusia hidup dan
berprilaku. Antropologi mempelajari manusia dari dua sudut pandang,
yakni fisik dan budaya. Antropologi fisik merupakan cabang antropologi
yang mempelajari tentang evolusi manusia dan perbedaan (fisik) manusia
di muka bumi. Sedangkan antropologi budaya memusatkan perhatian pada apa
yang telah dan sedang dilakukan manusia untuk beradaptasi dan tetap
hidup di lingkungannya.
Sebagaimana ilmu-ilmu sosial lainnya, penggunaan konsep dalam
antropologi adalah penting karena pengembangan konsep yang
terdefinisikan dengan baik merupakan tujuan dari setiap disiplin ilmu.
Walaupun menurut Keesing (1958 : 152), “Tidak ada dua ahli antropologi
yang berfikirnya sama persis, atau menggunakan dengan tepat
pengoperasian konsep-konsep atau simbol-simbol yang sama.” Adapun yang
merupakan contoh konsep-konsep antropologi diantaranya :
- Kebudayaan
Konsep paling esensial dalam antropologi adalah konsep kebudayaan.
Pada tiap disiplin ilmu sosial terdapat konsep kebudayaan, yang
didefinisikan menurut versi yang berbeda-beda. Dalam antropologi,
menurut Koentjaraningrat (1990 : 80), yang disebut kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Tiap orang hanya dapat memperoleh (menguasai) unsur-unsur
kebudayaan dengan jalan belajar. Tidak ada satupun unsur kebudayaan
dapat dimiliki oleh seseorang tanpa belajar. Belajar dapat terjadi baik
dalam proses sosialisasi yang bersifat informal maupun dalam pengajaran
yang bersifat formal (Banks & Clegg, 1977:273).
- Tradisi
Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah
menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama dikenal sehingga
menjadi adat istiadat dan kepercayaan secara turun-temurun (Soekanto,
1993:520). Misalnya saja tradisi mappaccing yang dilaksanakan sehari
sebelum hari akad nikah di Sulawesi Selatan.
- Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas
sehingga melewati batas tempat di mana kebudayaan itu timbul (Soekanto,
1993:150). Dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep inovasi
(pembaharuan). Sedangkan menurut Everett M. Rogers dalam karyanya
Diffusion of Innovation (1983), cepat tidaknya suatu proses difusi
sangat erat hubungannya dengan empat elemen pokok, yaitu :
a) Sifat inovasi
b) Komunikasi dengan saluran tertentu
c) Waktu yang tersedia
d) Sistem social warga masyarakat
- Akulturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling memengaruhi dari
suatu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan
ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri
(Koentjaraningrat, 1990:91). Dalam akulturasi terjadi proses seleksi.
Suatu kebudayaan hanya dapat menerima unsur-unsur kebudayaan lain dalam
batas-batas tertentu, ialah unsur-unsur yang dapat dilebur bersama atau
diintegrasikan dengan unsur kebudayaan sendiri. Apabila suatu kebudayaan
akan mengambil atau memakai unsur-unsur kebudayaan asing tertentu, maka
unsur-unsur asing tersebut dimodifikasi sehingga menjadi serasi dengan
unsur-unsur kebudayaan sendiri. Apabila terjadi pemaksaan dalam
penerimaan unsur-unsur kebudayaan asing, maka akan berakibat negatif
terhadap kebudayaan penerima, bahkan bisa menyebabkan kehancuran
kebudayaan penerima tersebut.
- Etnosentrisme
Tiap-tiap kelompok cenderung untuk berfikir bahwa kebudayaan dirinya
itu adalah superior (lebih baik dan lebih segalanya) dari pada semua
budaya yang lain. Inilah yang disebut etnosentrisme. Seorang ahli
komunikasi interkultural, Fred E. Jandt dalam karyanya Intercultural
Communication : An Introduction (1998:52) mengemukakan etnosentrisme
merupakan sikap secara negatif menilai aspek budaya orang lain oleh
standar kultur diri sendiri.
sumber: http://catatankhaerunnisaa.wordpress.com/tag/istilah-istilah-di-dalam-antropologi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar